Showing posts with label women. Show all posts
Showing posts with label women. Show all posts

06/06/2016

PITOONG Search engine asli buatan para pemuda indonesi

PITOONG
Search engine asli buatan para pemuda indonesi
Berbicara tentang search engine atau mesin pencari, tentu sudah tidak asing dengan Google dan Yahoo, meski sebenarnya ada banyak sekali mesin pencari yang bertebaran di jagat internet, sebut saja Baidu mesin pencari dari China yang bahkan di negerinya sana mengungguli Google, masih ada lagi yang lain seperti Altavista, solusee, althweb, AOL dan masih banyak lainnya. lantas bagaimana dengan Indonesia, adakah mesin pencari yang asli hasil karya anak negeri ini ? tentu saja ada, namanya Pitoong.





dilihat dari namanya saja sudah sangat Indonesia, nama Pitoong diambil dari kata Pitung, legenda pendekar dari Jakarta.
sekilas melihat tampilan muka Pitoong mirip sekali dengan Google, pada awalnya saya berpikir apa ini google doodle ya, tidak ada yang sama sekali berbeda dengan google kecuali nama Pitoong, coba saja lihat di bawah kolom keyword, disitu ada dua opsi yaitu "Cari Pitoong "dan "Saya sedang beruntung”.
sekarang coba kita komparasi hasil pencariannya, hasil pencarian dengan kata kunci yang sama, dalam hal ini saya coba kata "Indonesia" hasil Pitoong ada 478 juta hasil dan Google dengan 2,24 Milyar hasil, masih jauh ketinggalan dengan dedengkotnya mesin pencari, hal ini bisa dimaklumi sebagai web yang belum lama lahir. hasil pencarian yang lain yang bisa dilakukan antara lain, gambar, video, audio, PDF dan satu yang lain dari Google adalah adany fitur pencariaon Twitter yang akan menampilkan tweet terkait keyword yang kita ketik, tapi hasilnya masih minim.
fitur lain yang tersematkan dalam Pitoong ini ada Maps, Mail dan Translate. untuk maps masih menggunakan miliknya om google, cekidot skrin sutnya :
semantara untuk translatenya lebih mirip google translate jaman doeloe, kemampuan pitoong ini bisa menerjemahkan 55 bahasa termasuk bahasa indonesia tentunya, beberapa bahasa masih dalam tahapan alpha. dan sedikit kelemahannya adalah belum bisa langsung menerjemahkan kata yang kita ketikkan seperti di google tetapi kita masih harus meng-klik tombol translate :
satu lagi fitur andalan dari Pitoong adalah email, yang beralamat di mail.pitoong.com yang dikasih nama Toongmail. bisa diduga bahwa nantinya pemilik akun toongmail bisa login di pitoong.com seperti di google, login di pitoong ada di pojok kanan atas. kemungkinan si pitoong ini akan mengintegrasikan layanannya dalam satu kesatuan.
satu hal yang masih saya belum ngerti, kenapa ketika kita ketik kata "indonesia" di kolom pencarian, suggest keyword yang paling banyak muncul tentang sex ????
Jangan lupa Gan ini kreatifitas anak bangsa dengan kehadiran situs mesin pencari yang indonesia banget ini perlu kita apresiasi, semoga kedepannya bisa meningkatkan layanan dan kecanggihannya, bukankan lebih baik menjadi tuan di negeri sendiri daripada menjadi budak di negeri orang. silakan langsung aja ke tkp di www.pitoong.com
Demikian sedikit ulasan dari saya, ayo menjadi penerus bangsa yang smart dan kreatif, nasib bangsa kita ada di tangan kita, jadikan bangsa ini maju dan tidak ketinggalan zaman.
Terima kasih atas kunjungannya, semoga bermanfaat dan menambah ilmu, banyu sebarkan agar pada pemuda2 bangsa lainnya bias berkreasi dan beraksi,

Jangan lupa kunjungi artikel saya lainnya, jangan lupa ikuti blog saya untuk mendapatkan ilmu ilmu dan wawasan baru dari saya, silahkan berkreasi dan kembangkan sendiri ide ide kreatif anda

AKULTURASI MODEL

AKULTURASI MODEL

Pengenalan
Schumans akulturasi teori berasal dari studi kasus sepuluh bulan nya dari akuisisi tak terdidik dari Inggris. Subjek enam pelajar kedua bahasa Inggris-dua anak, dua remaja dan dua orang dewasa. Alberto diperoleh hampir tidak ada kata kerja bantu dan ia gagal untuk menandai kata kerja reguler untuk past tense. Dari semua subjek, Alberto adalah yang paling sosial dan psikologis yang jauh bentuk kelompok bahasa sasaran.
1. akulturasi TEORI
Model jarak optimal nya mencoba untuk memperhitungkan orang dewasa gagal untuk menguasai bahasa kedua dalam budaya kedua. Model Brown berpusat pada akulturasi. Brown didefinisikan sebagai 'proses menjadi disesuaikan dengan budaya baru. Schumanns premis sentral dari model akulturasi adalah bahwa "akuisisi bahasa kedua hanyalah salah satu aspek dari akulturasi dan sejauh mana pelajar acculturates untuk kelompok bahasa sasaran akan mengontrol sejauh mana ia memperoleh bahasa kedua.
Jarak psikologis adalah hasil dari berbagai faktor afektif kekhawatiran whish pelajar sebagai individu seperti kejutan bahasa, culture shock, stres budaya, dll jarak psikologis adalah membangun melibatkan faktor afektif. Ia mengidentifikasi serangkaian faktor psikologis, yang meliputi:
1.Languge kejutan (peserta didik pengalaman keraguan atau kebingungan saat menggunakan L2).
Syok 2.cultural (peserta didik mengalami disorientasi, stres, takut, dll Sebagai hasil dari perbedaan antara budaya sendiri dan bahwa masyarakat bahasa target).
3.Motivation, dan
Batas 4.Ego atau ego permeabilitas.
Dua jenis Akulturasi:
Yang pertama adalah topi peserta didik keduanya terintegrasi secara sosial ke dalam komunitas bahasa target dan psikologis terbuka untuk bahasa target. Dalam kedua jenis akulturasi peserta didik secara sosial terpadu dan psikologis terbuka.
2.PIDGINIZATION hipotesis
Schumanns pidginization hipotesis terinspirasi oleh cabang sosiolinguistik yang menyangkut dirinya dengan studi bahasa kontak. The caracteritics pidgin sebagai berikut:
> Tidak memiliki penutur asli
> Apakah hasil kontak antara dua atau lebih bahasa
> Bukankah awalnya dipahami dengan bahasa sumber mereka
> Biasanya menarik sebagian besar kosakata mereka dari satu bahasa, dll
Fitur berikut ini biasa dalam tata bahasa pidgin:
> Tidak ada artikel tertentu atau terbatas
> Tidak ada kata kerja penghubung menjadi
> Tegang, aspek, modalitas dan negasi ditandai eksternal untuk kata kerja sering dengan kata konten seperti pada keterangan
> Tidak ada kalimat yang kompleks, dll
Schumann membahas tiga fungsi utama dari bahasa ini, yaitu:
> Fungsi komunikatif, yang menyangkut transmisi murni referensial, informasi denotatif.
> Fungsi integratif, yang melibatkan penggunaan bahasa untuk menandai speaker sebagai anggota kelompok sosial tertentu.
> Fungsi ekspresif, yang terdiri dari penggunaan bahasa untuk menampilkan keahlian linguistik.
Penguasaan bahasa merupakan proses yang kompleks yang melibatkan sikap, perilaku, keyakinan dan nilai-nilai serta bahasa.

Demikian sedikit ulasan dari saya
Untuk Lebih jelasnya silahkan kunjungi beberapa artikel di blog saya, ada banyak ilmu yang bisa anda galih di situ
semoga bermanfaat dan sesuai tujuan sang penulis untuk mencerdaskan bangsa
Terima kasih dan sampai jumpa.
ayo menjadi penerus bangsa yang smart.

02/03/2016

Ten top issues for women's health

Dr Flavia Bustreo, Assistant Director General for Family, Women’s and Children’s Health through the Life-course, World Health Organization

We've come a long way since 1995--and it is time to celebrate women and their achievements. But it is also time to take stock of how women’s rights are fulfilled in the world --especially the right to health. Twenty years after countries signed pledges in the 1995 Beijing Declaration and Platform of Action, women still face many health problems and we must re-commit to addressing them.
Here are ten of the main issues regarding women's health that keep me awake at night:
Cancer: Two of the most common cancers affecting women are breast and cervical cancers. Detecting both these cancers early is key to keeping women alive and healthy. The latest global figures show that around half a million women die from cervical cancer and half a million from breast cancer each year. The vast majority of these deaths occur in low and middle income countries where screening, prevention and treatment are almost non-existent, and where vaccination against human papilloma virus needs to take hold.
Reproductive health: Sexual and reproductive health problems are responsible for one third of health issues for women between the ages of 15 and 44 years. Unsafe sex is a major risk factor – particularly among women and girls in developing countries. This is why it is so important to get services to the 222 million women who aren’t getting the contraception services they need.

Maternal health: Many women are now benefitting from massive improvements in care during pregnancy and childbirth introduced in the last century. But those benefits do not extend everywhere and in 2013, almost 300 000 women died from complications in pregnancy and childbirth. Most of these deaths could have been prevented, had access to family planning and to some quite basic services been in place.
HIV: Three decades into the AIDS epidemic, it is young women who bear the brunt of new HIV infections. Too many young women still struggle to protect themselves against sexual transmission of HIV and to get the treatment they require. This also leaves them particularly vulnerable to tuberculosis - one of the leading causes of death in low-income countries of women 20–59 years.
Sexually transmitted infections: I’ve already mentioned the importance of protecting against HIV and human papillomavirus (HPV) infection (the world’s most common STI). But it is also vital to do a better job of preventing and treating diseases like gonorrhoea, chlamydia and syphilis. Untreated syphilis is responsible for more than 200,000 stillbirths and early foetal deaths every year, and for the deaths of over 90 000 newborns.
Violence against women: Women can be subject to a range of different forms of violence, but physical and sexual violence – either by a partner or someone else – is particularly invidious. Today, one in three women under 50 has experienced physical and/or sexual violence by a partner, or non-partner sexual violence – violence which affects their physical and mental health in the short and long-term. It’s important for health workers to be alert to violence so they can help prevent it, as well as provide support to people who experience it.
Mental health: Evidence suggests that women are more prone than men to experience anxiety, depression, and somatic complaints – physical symptoms that cannot be explained medically. Depression is the most common mental health problem for women and suicide a leading cause of death for women under 60. Helping sensitise women to mental health issues, and giving them the confidence to seek assistance, is vital.
Noncommunicable diseases: In 2012, some 4.7 million women died from noncommunicable diseases before they reached the age of 70 —most of them in low- and middle-income countries. They died as a result of road traffic accidents, harmful use of tobacco, abuse of alcohol, drugs and substances, and obesity -- more than 50% of women are overweight in Europe and the Americas. Helping girls and women adopt healthy lifestyles early on is key to a long and healthy life.
Being young: Adolescent girls face a number of sexual and reproductive health challenges: STIs, HIV, and pregnancy. About 13 million adolescent girls (under 20) give birth every year. Complications from those pregnancies and childbirth are a leading cause of death for those young mothers. Many suffer the consequences of unsafe abortion.
Getting older: Having often worked in the home, older women may have fewer pensions and benefits, less access to health care and social services than their male counterparts. Combine the greater risk of poverty with other conditions of old age, like dementia, and older women also have a higher risk of abuse and generally, poor health.
When I lie awake thinking of women and their health globally, I remind myself: the world has made a lot of progress in recent years. We know more, and we are getting better at applying our knowledge. At providing young girls a good start in life.
And there has been an upsurge in high-level political will – evidenced most recently in the United Nations Secretary-General’s Global Strategy for Women’s and Children’s Health. Use of services, especially those for sexual and reproductive health, has increased in some countries. Two important factors that influence women’s health – namely, school enrolment rates for girls and greater political participation of women - have risen in many parts of the world.
But we are not there yet. In 2015, in too many countries, “women’s empowerment” remains a pipedream - little more than a rhetorical flourish added to a politician’s speech. Too many women are still missing out on the opportunity to get educated, support themselves, and obtain the health services they need, when they need them.
That’s why WHO is working so hard to strengthen health systems and ensure that countries have robust financing systems and sufficient numbers of well-trained, motivated health workers. That’s why WHO, with UN and world partners, are coming together at the UN Commission on Status of Women from 9-20 March 2015 in New York. We will look again at pledges made in the 1995 Beijing Declaration and Platform of Action with a view to renewing the global effort to remove the inequalities that put decent health services beyond so many women’s reach.
And that is why WHO and its partners are developing a new global strategy for women’s, children’s and adolescents’ health, and working to enshrine the health of women in the post 2015 United Nations’ Sustainable Development Goals. This means not only setting targets and indicators, but catalysing commitments in terms of policy, financing and action, to ensure that the future will bring health to all women and girls – whoever they are, wherever they live.